TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Hasil Survei SMRC Dinilai Gamang, Metedologi-nya Tidak Menggunakan Deskriptif Kualitatif Tapi Hanya Kuantitatif

Jatim Aktual, Jakarta – Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) melalui Direktur Riset Deni Irvani merilis survei yang ditayangkan di YouTube SMRC, Minggu (18/12/2022). Dimana Jajak pendapat ini dilakukan pada 3-11 Desember 2022 dengan total sampel 1.029 responden. Survei dilakukan dengan memilih sampel secara acak dengan metode multistage random sampling.

Salah satu hasil survei tersebut menempatkan Partai Amanat Nasional (PAN) meraih 1,7 % dan paling teratas adalah PDI Perjuangan (PDIP) 24,1 %. Hasil survei ini dinilai gamang dan lemah oleh Politisi Muda PAN Syafrudin Budiman. Sebab katanya, okupansi random sampling surveinya tidak berdasar teori dan metodologi penelitian kualitatif dan hanya kuantitatif semata.

“Hasil survei SMRC gamang dan lemah hasilnya. Bukan untuk meragukan hasilnya, namun secara teori dan metodologi-nya, apakah menggunakan deskriptif kualitatif atau deskriptif kuantitatif saja. Atau kedua-duanya dipakai. Jadi kalau PAN cuman 1,7 % kelihatan aneh,” ujar Gus Din sapaan akrab Syafrudin Budiman SIP kepada Media, Senin malam (19/12/2022) di Jakarta.

Menurutnya, survei SMRC harus dijelaskan kuesioner-nya siapa saja, pemetaan okupansi-nya apa saja dan lokasi sampling dimana saja. Jangan sampai hanya berdasarkan survei-survei saporadis tanpa landasan teori dan metodologi penelitian ilmiah yang rasional dan empiris.

“Kita bisa lihat dalam sejarah survei jelang Pemilu, PAN selalu dilemahkan secara teori. Akan tetapi angka faktual yang empiris dan rasional malah meraih angka signifikan jauh banget dari hasil survei. Kenapa bisa terjadi pada PAN, karena survei SMRC akurasi dan presisinya lemah,” terang Gus Din lulusan Sarjana Ilmu Politik FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) ini.

BACA JUGA:  PAN Tegaskan, Gerakan ANIES Hanya Sikap Pribadi

Lanjut Gus Din, tukang survei selalu berkelit di margin error atau pada kuesioner undecided voter (massa mengambang/tidak tahu). Katanya, SMRC bilang yang menjawab tidak tahu sebesar 20,9 persen.

“Jadi sudah dipastikan kualitas kuesioner-nya lemah dan gamang. Bahkan, analisa surveinya tidak presisi, sehingga akurasinya diragukan. Andai okupansi responden jelas, dari sisi lokasi, pekerjaan, usia, penghasilan, gender, pemilih pemula atau tidak. Tentu landasannya bukan semata berbasis deskripsi kuantitatif tetapi deskripsi kuantitatif,” jelas Gus Din yang berprofesi Konsultan Media dan Politik ini.

Terakhir kata Gus Din, bentuk rilis sepihak dalam bentuk siaran YouTube dari SMRC merupakan bentuk lemahnya transparansi survei. Dimana, pihak media atau pers tidak bisa bertanya secara detail kualitas survei SMRC tersebut dan bukan framing politik belaka.

“Dari pola rilis surveinya saja tidak ada dialog dan keterbukaan. Bagaimana publik bisa percaya survei tersebut, yang terus meleset dari Pemilu ke Pemilu ketika menilai PAN sebagai hasil penelitian. Saya yakin ini hanya survei framing politik saja,” pungkas Bacaleg Muda PAN DPR RI Dapil DKI Jakarta I Jakarta Timur ini.

BACA JUGA:  Advokat Senior H. Abdul Malik SH MH Desak Kemedikbudristek dan KASN Segera Tangani Kasus Perjokian Karya Ilmiah

Hasil Rilis Survei SMRC Tentang Elektabilitas Parpol

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis survei elektabilitas partai politik. Dalam survei ini, elektabilitas PDIP unggul dengan angka yang jauh signifikan dibanding partai lainnya.
Jajak pendapat ini dilakukan pada 3-11 Desember 2022 dengan total sampel 1.029 responden. Survei dilakukan dengan memilih sampel secara acak dengan metode multistage random sampling.

Responden terpilih kemudian diwawancarai dengan tatap muka. Margin of error dari survei ini diperkirakan +-3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95%.

Dalam survei ini, responden ditanya jika pemilihan anggota DPR diadakan sekarang partai atau calon dari partai mana yang akan anda pilih?. SMRC menyodorkan 18 partai politik.

Sebanyak 17 di antaranya yang telah ditetapkan sebagai peserta pemilu. Sementara SMRC juga memberikan kesempatan dengan mengikutsertakan partai di luar peserta pemilu.

“Dalam survei kita menunjukkan 18 nama partai politik dan juga memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab nama partai di luar dari daftar yang kita berikan,” kata Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam rilis survei yang ditayangkan di YouTube SMRC, Minggu (18/12/2022) seperti dilansir beberapa media.

Hasilnya elektabilitas PDIP terlihat sangat tinggi dengan suara mencapai 24,1%. Angka ini berbeda jauh dengan elektabilitas parpol yang berada di urutan setelahnya.

“Kalau dari partai yang ada, PDIP terlihat unggul dalam survei Desember dengan dukungan 24,1%, kemudian posisi berikutnya Golkar 9,4%, Gerindra 8,9%, Demokrat 8,9%. Jadi jaraknya signifikan dari PDIP, kita sangat yakin atau PDIP masih mendapat dukungan paling besar dari masyarakatnya,” ujarnya.

BACA JUGA:  Relawan Erick Thohir: The Best Minister CNBC Indonesia Awards 2022 kepada Menteri BUMN, Bukti Kerja Nyata 

Deni mengatakan angka ketiga partai setelah PDIP yakni Golkar, Gerindra, dan Demokrat tampak berbeda tipis. Dia menyebut ketiga partai ini bersaing ketat untuk memperebutkan posisi kedua.

“Sementara Golkar, Gerindra dan Demokrat itu dukungannya tidak berbeda signifikan hanya berbeda 0-0,5%. Jadi tidak bisa disimpulkan mana lebih kuat, yang pasti 3 partai ini bersaing ketat untuk memperebutkan posisi kedua setelah PDIP,” ujarnya.

Deni menyebut masih ada 20,9 responden yang menyatakan belum menentukan pilihannya. Dia menyebut angka itu biasanya akan berkurang jika masa kampanye sudah mulai.

“Pertama kita perhatikan masih ada 20,9 persen warga yang sampai saat ini masih belum menentukan pilihan parpol, masih wait and see cukup banyak. Biasanya kecenderungannya akan mulai berkurang ketika masuk kampanye resmi,” ujarnya.

Berikut hasil elektabilitas lengkap partai politik versi SMRC:

PDIP 24,1 %
Golkar 9,4 %
Gerindra 8,9 %
Demokrat 8,9 %
PKS 6,2 %
PKB 6,1 %
Perindo 4,6 %
NasDem 3,2 %
PPP 2,9 %
PAN 1,7 %
PBB 0,9 %
Hanura 0,7 %
Garuda 0,2 %
PSI 0,5 %
Buruh 0,2 %
Gelora 0,1 %
PKN 0,0 %
Ummat 0,0 %
Lainnya 0,0 %
Tidak tahu 20,9 %

(red)